Invert, always invert
Inti dari mental model "invert, always invert" (balikkan, selalu balikkan) yang digagas oleh Charlie Munger adalah sebuah cara berpikir untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan dengan melihat suatu situasi atau masalah dari sudut pandang yang berlawanan dari biasanya. Alih-alih hanya fokus pada bagaimana mencapai hasil yang positif, kita juga harus secara aktif mempertimbangkan bagaimana segala sesuatunya bisa berjalan salah dan bagaimana cara menghindari hasil negatif tersebut.
Berikut adalah poin-poin pentingnya:
Balikkan situasi atau masalah: Ketika kita menghadapi tantangan atau memiliki tujuan, jangan hanya memikirkan cara untuk sukses. Coba balikkan situasinya. Bayangkan skenario terburuk yang mungkin terjadi.
Lihat dari belakang (mundur): Mirip dengan poin di atas, pikirkan hasil akhir yang tidak kita inginkan, lalu mundur selangkah demi selangkah untuk mengidentifikasi tindakan atau faktor apa saja yang bisa membawa kita ke sana.
Apa yang terjadi jika semua rencana kita gagal? Pertanyaan ini memaksa kita untuk menghadapi potensi kegagalan dan kelemahan dalam strategi kita. Dengan mengantisipasi apa yang bisa salah, kita dapat mengambil langkah-langkah pencegahan.
Ke mana kita tidak ingin pergi, dan bagaimana kita bisa sampai ke sana? Ini adalah bagian yang sangat penting. Dengan memahami jalur-jalur yang mengarah pada hasil yang tidak diinginkan, kita akan lebih jelas memahami tindakan dan keputusan apa saja yang harus kita hindari.
Mengapa pendekatan ini sangat berharga?
Menghindari Titik Buta: Kita seringkali terlalu fokus pada hasil yang kita inginkan sehingga mengabaikan potensi jebakan. Pembalikan memaksa kita untuk mempertimbangkan perspektif yang mungkin terlewatkan.
Mengidentifikasi Risiko: Dengan memikirkan apa yang bisa salah, kita dapat mengidentifikasi potensi risiko dan mengembangkan strategi untuk mengurangi dampaknya.
Memperkuat Pengambilan Keputusan: Memahami potensi kerugian dari suatu keputusan dapat menghasilkan pilihan yang lebih matang dan terukur.
Mendorong Kreativitas: Melihat masalah dari sudut pandang yang berlawanan terkadang dapat memicu solusi inovatif yang sebelumnya tidak terpikirkan.
Kerendahan Hati dan Kesiapsiagaan: Mempertimbangkan kegagalan membantu kita untuk tetap rendah hati dan lebih siap menghadapi tantangan yang tidak terduga.
Ilustrasi:
Bayangkan Anda ingin membangun sebuah restoran yang sukses.
Pendekatan Biasa:
Anda akan fokus pada pertanyaan seperti:
Bagaimana cara mendapatkan lokasi yang bagus?
Menu apa yang menarik pelanggan?
Bagaimana cara mempromosikan restoran saya?
Bagaimana cara memberikan pelayanan yang baik?
Pendekatan "Invert, Always Invert":
Anda akan membalikkan pertanyaannya menjadi:
Bagaimana cara membuat restoran saya gagal total? (Mungkin dengan memilih lokasi yang terpencil, menyajikan makanan yang buruk, tidak melakukan promosi sama sekali, atau mempekerjakan staf yang tidak ramah). Dengan memahami cara gagal, Anda akan termotivasi untuk menghindari hal-hal tersebut.
Ke mana saya tidak ingin restoran saya berakhir? (Mungkin bangkrut, memiliki reputasi buruk, atau sepi pelanggan). Lalu, Anda akan mundur dan bertanya: Tindakan atau keputusan apa yang bisa membawa saya ke sana? (Misalnya, pengelolaan keuangan yang buruk, kualitas makanan yang tidak konsisten, atau respons negatif terhadap ulasan pelanggan).
Apa yang akan terjadi jika semua rencana saya salah? (Mungkin perkiraan biaya meleset jauh, pelanggan tidak datang sebanyak yang diharapkan, atau ada masalah dengan pemasok). Dengan memikirkan skenario terburuk, Anda bisa menyiapkan rencana cadangan atau asuransi.
Dengan menggunakan mental model "invert, always invert", Anda tidak hanya memikirkan cara untuk berhasil, tetapi juga secara aktif mempertimbangkan dan menghindari potensi kegagalan. Ini memberikan pandangan yang lebih lengkap dan membantu Anda membuat keputusan yang lebih bijaksana dan tahan lama.
Mari kita terapkan ilustrasi mental model "invert, always invert" dalam konteks software engineering:
Bayangkan tim Anda sedang mengembangkan sebuah aplikasi mobile yang kompleks.
Pendekatan Biasa:
Tim akan fokus pada pertanyaan seperti:
Fitur apa saja yang perlu kita kembangkan?
Bagaimana arsitektur aplikasi yang baik?
Teknologi apa yang paling tepat digunakan?
Bagaimana cara melakukan testing yang efektif?
Bagaimana cara mendeploy aplikasi ke app store?
Pendekatan "Invert, Always Invert":
Sekarang, mari kita balikkan pertanyaannya:
Bagaimana cara membuat aplikasi ini gagal total?
Mungkin dengan menulis kode yang penuh bug dan tidak stabil.
Memilih arsitektur yang sulit dipelihara dan diskalakan.
Menggunakan teknologi yang tidak sesuai dengan kebutuhan proyek atau kemampuan tim.
Melakukan pengujian yang minim atau tidak sistematis sehingga banyak bug lolos ke pengguna.
Proses deployment yang rumit dan sering gagal.
Mengabaikan keamanan aplikasi sehingga rentan terhadap serangan.
Tidak responsif terhadap feedback pengguna dan keluhan bug.
Dengan memahami cara membuat aplikasi gagal, tim akan lebih termotivasi untuk menghindari praktik-praktik buruk ini dan fokus pada kualitas kode, arsitektur yang baik, pemilihan teknologi yang tepat, pengujian yang komprehensif, proses deployment yang lancar, keamanan yang kuat, dan responsivitas terhadap pengguna.
Ke mana kita tidak ingin aplikasi ini berakhir?
Mungkin dengan rating yang buruk di app store.
Banyak pengguna yang uninstall aplikasi setelah mencobanya.
Infrastruktur backend yang sering down.
Tim developer yang frustrasi dan tidak produktif karena kode yang buruk.
Kehilangan kepercayaan pengguna karena masalah keamanan atau bug yang tidak diperbaiki.
Lalu, tim akan mundur dan bertanya: Tindakan atau keputusan apa yang bisa membawa kita ke sana? (Misalnya, terburu-buru dalam pengembangan tanpa memikirkan kualitas, tidak melakukan code review, mengabaikan best practices, tidak memantau performa aplikasi secara berkala, atau lambat dalam menanggapi masalah keamanan).
Apa yang akan terjadi jika semua rencana pengembangan kita salah?
Mungkin timeline proyek molor jauh dari perkiraan.
Biaya pengembangan membengkak.
Fitur yang dijanjikan tidak dapat direalisasikan.
Performa aplikasi sangat buruk sehingga tidak dapat digunakan.
Terjadi masalah kompatibilitas dengan berbagai jenis perangkat.
Dengan memikirkan skenario terburuk, tim dapat menyiapkan rencana mitigasi risiko. Misalnya, membuat timeline yang lebih realistis dengan buffer, mengelola anggaran dengan lebih ketat, memprioritaskan fitur berdasarkan nilai dan risiko, melakukan performance testing secara berkala, dan memastikan kompatibilitas dengan berbagai perangkat sejak awal.
Kesimpulan dalam Konteks Software Engineering:
Menerapkan mental model "invert, always invert" dalam pengembangan perangkat lunak berarti secara aktif memikirkan potensi kegagalan dan masalah yang mungkin timbul. Dengan mengidentifikasi cara-cara agar proyek bisa gagal, tim engineering dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk mencegahnya. Ini mendorong fokus pada kualitas kode, arsitektur yang kokoh, pengujian yang menyeluruh, keamanan yang terjamin, dan proses pengembangan yang terencana dengan baik. Alih-alih hanya mengejar fitur baru, tim juga menjadi lebih sadar akan pentingnya stabilitas, performa, dan pengalaman pengguna yang baik untuk menghindari hasil yang tidak diinginkan.
Last updated